ETOS KERJA
A.
Berusahalah Jangan
Meminta-Minta
- Hadist dan Terjemahan
artinya:
Dari Hakim bin Hazim berkata, “Nabi SAW. Bersabda,
“Tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang dibawah, dan dahulukan
keluargamu (orang-orang yang wajib kamu beri belanja), dan sebaik-baiknya
sedekah itu dari kekayaan (yang berlebihan), dan siapa yang menjaga kehormatan
diri (tidak meminta-minta), maka allah akan mencukupinya, demikian pula siapa
yang beriman merasa sudah cukup, maka allah akan membantu memberinya kekeyaan”.
- Tinjauan Bahasa
Mulailah, dahulukanlah : وابدأ
Keluarga yang ditanggung : تعول
Menjaga kehormatan : يستعفف
- Penjelasan Hadist
Islam sangat mencela orang yang mampu untuk berusaha
dan memiliki badan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, melainkan hanya
menggantungkan hidupnya pada orang lain. Misalnya, dengan cara meminta-minta.
Keadaan seperti itu sangat tidak sesuai dengan sifat umat islam yang mulia dan
memiliki kekuatan, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya:
… ولله العزة ولرسوله وللمؤمنين …
Artinya:
“kekuatan itu bagi allah bagi rasul-nya dan bagi kaum mukminin.”
(q.s.munafiqun:8)
Dengan demikian, seorang peminta-minta, yang
sebenarnya mampu mencari kasa dengan tangannya, selain telah merendahkan
dirinya ia pun secara tidak langsung telah merendahkan agamanya yang melarang
perbuatan tersebut bahkan ia dikatagorikan sebagai kufur nikmat karena tidak
menggunakan tangan dan anggota badannya utuk berusaha dan mencari rezeki
sebagaimana diperintahkan syara’. Padahal allah pasti memberikan rezeki kepada
setiap makhluknya yang berusaha.
Allah swt berfirman:
Artinya:
“Dan tidak ada suatu binatang melatapun dibumi
melainkan allahlah yang memberi rezekinya, dan dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpananny. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata
(lauh mahfuzh).” (Q.S Huud:6).
Maka Rasulullah SAW mendorong kita untuk
mencapairezeki dengan jalan yang dibenarkan oleh syara’ dan agar kita mempunyai
jasa atau keutamaan sedekah kepada fakir miskin serta tidak menjadi golongan
orang-orang yang mengulurkan tangan minta-minta kepada orang lain, serta puas
dengan apapun yang diberikan orang lain.
Pekerjaan meminta-minta adalah sangat hina dan rendah
sekali nilainya sementara disatu sisi orang mukmin itu orang yang sangat mulia.
Meminta-minta adalah cara memberdayakan anggota-anggota tubuh yang tidak sesuai
dengan fungsinya. Disini lah letak ketidaksesuaiannya dengan akhlak kepribadian
orang mukmin dimana rasulullah menjelaskan bahwa bekerja lebih baik dari pada
meminta-minta. Beliau menegaskan lagi bahwa bekerja adalah kebaikkan, sebaliknya
meminta-minta adalah keburukan, meskipun bekerja sekasar apapun. Orang yang
pergi membawa tali keladang, tempat pengembalaan, atau hutan untuk mengumpulkan
seikat kayu baker, dimana pekerjaan ini dipandang rendah oleh kebanyakan orang,
kemudian mengendongnya dan menjualnya dengan harga yang murah untuk makan dan
minumnya, yang demikian kemuliaan jiwanya terjaga dan tidak menanggung kehinaan
mengemis, lebih baik dari pada memnta-minta. Dan begitu juga dengan orang yang
menjual lobak, bawang bakung, bawang, sayur mayor, atau beberapa jenis barang
dagangan lainnya yang dengan harga paling muarah sekalipun, itu lebih baik dari
pada orang-orang yang hanya mondar-mandir di sepanjang jalan hanya untuk
meminta belas kasihan orang yang lewat saja. Kondisi kebanyakan mereka masih
sangat memungkinkan untuk bekerja dan mampu. Tapi orang-orang yang berjualan
itu masih lebih baik, dan lebaliknya mereka adalah orang-orang yang keji.
Dalam hadist diatas dinyatakan secara tegas bahwa
tangan orang yang diatas (pemberi sedekah) lebih baik dari pada tangan yang di
bawah(yang diberi). Dengan kata lain, derajat pemberi lebih tinggi dari pada
derajat peminta-minta. Maka bagi setiap umat islam yang memiliki kekuatan untuk
mencari rezeki, berusahalah untuk bekerja apa saja yang penting halal. Walaupun
suatu pekerjaan dipandang hina dalam pandangan manusia seperti contoh diatas,
walaupun hasilnya tidak besar, tetapi pekerjaan ini lebih mulia dibandingkan
para pengemis atau orang yang biasa mengantungkan hidupnya pada orang lain,
yang mungkin mendapatkan hasil lebih banyak. Padahal harta yang dipeoleh dengan
cara seperti ini sama dengan mengumpulkan bara api, sebagaimana Sabda
Rasullullah SAW:
Artinya: “Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW.
Bersabda. “Siapa yang meminta-minta untuk memperbanyak kekayaannya, ia tiada
lain hanya memperbanyak bara api. Maka terserah padanya, apakah ia akan
mengurangi atau memperbayaknya.” (H.R. Muslim)
Dalam hadis diataspun disinggung tentang etika
memberikan bantuan kepada orang lain, yaitu mengutamakan keluarga terdekat,
kerabat terdekat, dan seterusnya. Selain itu, barang yang akan diberikan
haruslah merupakan rezki lebih. Dengan kata lain, tidak mengutamakan memberi
kepada orang lain sementara diri dan keluarganya kelaparan. Dengan demikian,
maka tidak boleh terlalu kikir ataupun terlalu berlebih-lebihan dalam
memberikan sesuatu kepada orang lain. Maksudnya dalam memberikan bantuan kepada
orang lain, hendaknya mendahulukan keluarga (orang-orang yang wajib dinafkahi
dan kerabat), sedangkan sedekah yang diberikan tersebut berasal dari kelebiahan
rezekinya.
Bagi orang yang selau membantu orang lain, disamping
akan mendapatkan pahala kelak diakhirat, Allah juga akan mencukupkan rezekinya
didunia. Dengan demikian, pada hakikatnya dia telah memberikan rezekinya untuk
kebahagiaan dirinya dan keluarganya. Karena Allah SWT akan memberikan balasan
yang berlipat dari bantuan yang ia berikan kepada orang lain.
Orang yang tidak meminta-minta dan mengantungkan hidup
kepada orang lain meskipun hidupnya serba kekurangan, lebih terhormat dalam
pandangan Allah SWT dan Allah akan memuliakan akan mencukupinya. Orang islam
harus berusaha memanfaatkan karunia yang diberikan oleh Allah SWT. yang berupa
kekuatan dan kemampuan dirinya untuk mencukupi hidupnya disertai doa kepada Allah
SWT.
Adanya kewajiban berusaha bagi manusia, tidak berarti
bahwa Allah SWT tidak berkuasa untuk mendatangkan rezeki begitu saja kepada
manusia, tetapi dimaksudkan agar manusia menghargai dirinya sendiri dan
usahanya, sekaligus agar tidak berlaku semena-mena atau melampaui batas.
B.
Banyak Cara Untuk Hidup
Bermakna
1.
Hadist dan Terjemahan
Artinya:
Hadist Abu Musa, dimana ia berkata, : “Nabi SAW.
Bersabda: Setiap muslim wajib bersadaqah”. Para
sahabat bertanya: “Apabila ia tidak mempunyai sesuatu?”. Beliau bersabda, “ia
beramal dengan lengannya, lalu memberi manfaat bagi dirinya dan ia bersadaqah.”
Mereka bertanya, “apabila mereka tidak mempunyai kemampuan? Apa yang harus
mereka kerjakan?”. Beliau bersabda: “maka hendaknya ia menolong orang yang
sangat membutuhkan pertolongan”. Mereka bertanya, “apabila mereka tidak
mengerjakannya?. Beliau bersabda: “maka hendaknya ia menyuruh orang lain untuk
berbuat baik”. Sahabat bertanya, “apabila ia tidak bisa mengerjakannya?. Beliau
bersabda: ”menahan diri dari perbuatan jahat, maka sesungguhnya yang demikian
itu merupakan sadaqah baginya”.
2.
Penjelasan Hadist
Orang muslim itu tidak hanya berbuat baik bagi dirinya
sendiri, tapi untuk kebaikan orang lain juga. Untuk itu Rasulullah menegaskan
kepada setiapmuslim bahwa setiap hari ia harus bersedekah. Dengan itu ia akan membiasakan
dirinya untuk berlaku dermawan, menanamkan sikap mulia, mamberikan manfaat bagi
fakir miskin.[6]
Untuk itu ia harus berusaha, baik itu dengan cara
berdagang, bertani, industri, atau mata pencarian lainnya untuk dapat membiayai
hidupnya dan untuk membantu orang lain. Jika tidak mampu untuk membantu orang
lain dengan harta, dapat jga membantu orang lain dengan tenag dan usaha
seperti, membantu mengembalikan hak orang yang terampas dan mencegah dari
timbulnya kezaliman yang mengancam . jika tidak bisa juga dengan hal demikian,
ia juga dapat mnyuruh kepada yang ma’ruf,
Seperi: menyuruh berbuat baik, melaksanaan shalat, puasa, zakat, haji,
berakhlak baik, manjalin hubungan interaktif dengan baik, belajar, sopan
santun, serta ikhlas dalam beramal. Ia dapat juga melarang untuk berbuat
kemungkaran seperti melarang berzina, minum khamar dan sejenisnya, bersumpah
palsu, berbuat keji, zalim, mencuri, munafik, dan lain-lain.
Hadist diatas sangat menekankan fungsi sedekah, karena
sedekah merupakan dasar awal batu bangunan islam, menanamkan budaya kerja,
menanamkan prinsip mendahulua kepentingan pribadi di atas kepentingan orang
lain yang berpangkal pada dasar “mulailah dengan dirimu sendirikemudian dengan
orang yang paling dekat denganmu”. Selain itu hadist ini juga menekankan pada
rasa tolong menolong, menyeru kepada amar ma’ruf, nahi mungkar, dan mencegah
untuk datangnya bencana dari umat manusia.
C.
Orang Mukmin Yang Kuat
1.
Hadist dan Terjemahan
Artinya:
Dari abu hurairah r.a. berkata bahwa rasulullah
SAW. Bersabda, “orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai allah dari
pada mukmin yang lemah dan dalam segala sesuatu, ia dipandang lebih baik.
Raihlah apa yang memberikan manfaat bagimu. Minta tolonglah kepada allah. Janganlah
lemah! Kalau engkau tertimpa sesuatu, janganlah berkata, ‘kalau aku berbuat
begini, pasti begini dan begitu, tetapi katakanlah, “allah swt. Telah
menentukan dan allah menghendaki aku untuk berbuat karena (kata) “kalau” akan
mendorong pada perbuatan setan. (H.R. Muslim).
2.
Tinjauan Bahasa
Tamaklah, raihlah : أحرص
Jangan
lemah :
لا تعجز Menimpa : أص ب
Menentukan
:
قدر
Andaikata,
kalau : لو
3.
Penjelasan Hadist
Di dalam hadist ini ada tiga perkara yang
diperintahkan:
·
Memperkuat iman
Keimanan seseorang akan membawa kepada kemuliaan
baginya, baik didunia maupun diakhirat. Kalau keimanannya kuat dan selalu
diikuti dengan melakukan amal saleh, ia akan mendapatkan manisnya iman.
Setiap orang memiliki tingkat keimanan yang
berbeda-beda. Ada
yang kuat keimanannya yang ditandai dengan sifatnya yang selalu berusaha untuk
mengisi keimanannya dengan berbagai amal yang diperintahkan oleh allah SWT,
seperti memerintahkan kebaikan dan melarang kemunkaran, mengerjakan shalat,
mengeluarkan zakat, memberi sedekah, dan lain-lain. Ada pula yang lemah imannya ia tidak mau
mengerjakan kewajibannya sebagai orang beriman, seperti yang disebutkan diatas.
Tentu saja, orang yang kuat imannya lebih baik dari orang yang lemah imannya.
Hal ini karena orang yang kuat imannya akan berusaha untuk menjadikan segala
aktivitas kehidupannya dalam kebaikan.
·
Perintah untuk memanfaatkan
waktu (berusaha sungguh-sungguh)
Rasulullah saw. Menginginkan agar umatnya mendapat
kebahagiaan di dunia dan diakhirat. Oleh karena itu, beliau memerintahkan
umatnya untuk memanfaatkan waktu seefektif mungkin bagi kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat, baik untuk kehidupan dunia maupun akhirat.
·
Mohon pertolongan Allah SWT
Manusia hanyalah diwajibkan untuk berikhtiar,
sedangkan yang memutuskan keberhasilannya adalah allah SWT. Orang mukmin sangat
ditekankan untuk memperbanyak doa agar allah SWT menolongnya.
Dan dalam hadist ini juga melarang dua perkara:
·
Larangan membiarkan
kelemahan (menjadi lemah)
Kelemahan seseorang berawal dari kemalasanya. Orang
menjadi bodoh karena malas mencari ilmu, orang yang lemah badannya karena ia
tidak rajin berolah raga, orang yang miskin hartanya karena ia tidak mau
bekerja, dll.
·
Mengatakan “kalau”
(seandainya begini dan begitu pasti hasilnya begini)
Karena kata ini membuka pintu setan. Akan tetapi
katakanlah; “allah telah memastikan dan apa-apa yang dia kehendaki, maka diapun
berbuat.
Orang mukmin yang kuat jasmani dan rohaninya serta
kemauan dan ekonominya, adalah lebih besar kebaikannya dari pada mukmin yang
lemah.
Oleh karena itu untuk mencapai kondisi tersebut, bagi
setiap mukmin harus berupaya dengan sungguh-sungguh berhati-hati dalam langkah
agar memperoleh apa yang bermanfaat baginya untuk kepentingan dunia dan
akhiratnya sambil mohon pertolongan kepada allah, tanpa ketergantungan kepada
siapapun dan apapun selain-nya. Manusia hanyalah diwajibkan untuk berikhtiar,
sedangkan yang memutuskannya adalah allah swt orang mukmin sangat ditekankan
untuk memperbanyak do’a agar allah swt menolongnya. Dalam shalat kita disuruh
membaca:
Artinya:
“hanya kepada-mu aku beribadah dan hanya kepadamu aku
memohon pertolongan” (Q.S. Al-Fatihah:5).
Dalam diri kita juga harus dihilangkan rasa rendah
diri, malas dan seenaknya, karena hal-hal semacam itu merupakan penghalang bagi
tercapainya cita-cita dan kemajuan umat. Setiap orang harus berusaha untuk
mengubah segala kelemahan yang ada pada dirinya karena allah swt. Tidak akan
mengubahnya kalau orang tersebut tidak mau mengubahnya. Sebagaimana firman
allah:
Artinya:
“sesungguhnya allah tidak mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka
mengubah nasibnya.” (Q.S Ar-Ra’du: 11)
Sedang dalam perjalanan menuju cita-cita itu tidak selamanya
memperoleh jalan yang mulus, kadang-kadang berbagai hambatan akan ditemui, maka
seorang mukmin tidak boleh dihinggapi rasa putus asa, sikap masa bodoh dan
sebagainya.
Selain dari pada itu rasulullah saw memerintahkan
umatnya untuk memanfaatkan waktu seefektif mungkin bagi kegiatan yang
bermanfaat, baik untuk kehidupan didunia maupun diakhirat kelak. Pepatah arab
mengatakan:
الوقت كالشيف ان لم تقطعها قطعك
“waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak
memanfaatkannya (menggunakannya untuk memotong), ia akan memotongmu
(menggilasmu).”
The perfect glass ovens for the perfect pan - Titanium
BalasHapusThis is where is titanium found a perfect pan titanium bolts recipe. This oakley titanium sunglasses pan recipe is titanium dioxide sunscreen made with two of our pan recipes: the habanero, the micro hair trimmer onion, and the tomato